Laporan dari Lobang Jarum Kekuasaan (1)

Mawie Ananta Jonie

LAPORAN DARI LOBANG JARUM KEKUASAAN

Pagi buta tanggal 21 Desember 1964 aku meninggalkan Jakarta. Lapangan udara Kemayoran masih sepi. Hanya beberapa orang tampak duduk di ruangan tunggu. Lampu neon yang menyala kiranya tak cukup terang menerjang dada untuk bisa membaca apa yang sedang bergolak di lekuk-lekuk sanubariku. Tatkala aku melangkah menuju gerbang keberangkatan, mataku diculik oleh lambaian tangan remang-remang di balik kaca. Aku hampiri. Tibetari dan Nani. Dua gadis remaja. Ada dinding licin yang menjadi penghalang suara-suara parau. Tentu mereka datang untuk mengantarkan kepergianku. Maka aku membisikkan terimakasihku. Dengan penuh pengharapan. Semoga pori-porinya menyalurkan kata mesra yang dinantikan. Mereka terpaku. Aku membisu. Kemudian telempap tangan kami saling menempel di tempat yang sama. Kemudian bibir kami sama-sama mengecup lembaran kaca. Amboi… Baca lebih lanjut